Dosen Matematika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, KH Fahmi Basya, Kamis (22/12), mengkampanyekan Matematika Al-Quran di hadapan ratusan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
KH Fahmi Basya yang terkenal lewat bukunya Matematika Islam itu, menyajikan pengetahuan yang tergolong baru tersebut dengan berbagai
angka yang selalu merujuk pada jumlah huruf
dalam bacaan Basmallah
(Bismillahirrahmanirrahim) yang berjumlah 19.
"Kita selalu dibombardir dengan angka 19 dan
ternyata Allah begitu teliti dalam menyusun
dan meletakkan surat-surat di dalam Al-Quran,
" kata Fahmi.
Sebagai contoh, katanya, tidak dimulainya
Basmalah pada surat ke-9, surat At Taubah,
tapi pada surat ke-27, surat An Naml berisi dua
Basmalah, yaitu pada pembukaan ayat dan
pada ayat ke-30. "Jadi, seolah-olah bacaan
Basmalah pindah dari surat 9 ke surat 27.
Pemindahan itu memenuhi bilangan 19, dimana
dari 9 sampai 27 ada 19 bilangan. Ini artinya,
Allah tidak sembarangan menempatkan surat
dan ayat-ayatnya dalam Al-Quran," katanya.
Pria kelahiran Padang pada 3 Februari 1952 itu
juga mengupas bentuk transformasi shalat.
"Jika shalat gerhana berhubungan dengan
gerhana, maka shalat lima waktu berhubungan
dengan siang dan malam, yakni bumi yang
berputar," katanya.
Menurut dia, jika shalat lima waktu
ditransformasikan ke bentuk roda gigi maka
gigi tersedikit untuk bumi adalah 12. "Angka 12
diperoleh dari kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari 2,3, dan 4 yang tidak lain adalah 12,
kemudian bila dijabarkan adalah shalat Subuh
mempunyai roda gigi berjumlah 6 (dari 12
dibagi 2), shalat Dzuhur 3 (dari 12 dibagi 4),
Ashar 3, Maghrib 4 (dari 12 dibagi 3) dan Isya
3," katanya.
Yang menarik, katanya, "gigi shalat" (gerakan
shalat) itu jumlahnya 6-3-3-4-3 atau 19. "Itu
sama dengan bacaan basmallah. Itulah
sesungguhnya tiap saat dan tiap kesempatan
kita selalu dibombardir dengan angka 19,"
katanya.
Tidak hanya soal angka yang disodorkan, ia
juga menyinggung tentang putaran atau sudut
yang dibuat saat manusia melakukan shalat.
"Jika dalam tiap kali kita melakukan rukuk itu
membentuk 90 derajat, maka dalam tiap satu
rakaat itu kita membentuk 360 derajat,
sebagaimana bumi berputar yang menandakan
sebagai sebuah proses kehidupan," katanya.
Hal itu, ujarnya, dapat disimpulkan bahwa
orang hidup perlu shalat yang berputar 360
derajat. "Beda dengan orang mati yang tidak
lagi perlu shalat, tidak lagi hidup, karena itu
shalat mayit pun tidak disertai dengan
gerakan-gerakan sujud dan ruku, karena
memang tidak lagi bergerak atau mati,"
katanya.
(Suaramerdeka.COm)
KH Fahmi Basya yang terkenal lewat bukunya Matematika Islam itu, menyajikan pengetahuan yang tergolong baru tersebut dengan berbagai
angka yang selalu merujuk pada jumlah huruf
dalam bacaan Basmallah
(Bismillahirrahmanirrahim) yang berjumlah 19.
"Kita selalu dibombardir dengan angka 19 dan
ternyata Allah begitu teliti dalam menyusun
dan meletakkan surat-surat di dalam Al-Quran,
" kata Fahmi.
Sebagai contoh, katanya, tidak dimulainya
Basmalah pada surat ke-9, surat At Taubah,
tapi pada surat ke-27, surat An Naml berisi dua
Basmalah, yaitu pada pembukaan ayat dan
pada ayat ke-30. "Jadi, seolah-olah bacaan
Basmalah pindah dari surat 9 ke surat 27.
Pemindahan itu memenuhi bilangan 19, dimana
dari 9 sampai 27 ada 19 bilangan. Ini artinya,
Allah tidak sembarangan menempatkan surat
dan ayat-ayatnya dalam Al-Quran," katanya.
Pria kelahiran Padang pada 3 Februari 1952 itu
juga mengupas bentuk transformasi shalat.
"Jika shalat gerhana berhubungan dengan
gerhana, maka shalat lima waktu berhubungan
dengan siang dan malam, yakni bumi yang
berputar," katanya.
Menurut dia, jika shalat lima waktu
ditransformasikan ke bentuk roda gigi maka
gigi tersedikit untuk bumi adalah 12. "Angka 12
diperoleh dari kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari 2,3, dan 4 yang tidak lain adalah 12,
kemudian bila dijabarkan adalah shalat Subuh
mempunyai roda gigi berjumlah 6 (dari 12
dibagi 2), shalat Dzuhur 3 (dari 12 dibagi 4),
Ashar 3, Maghrib 4 (dari 12 dibagi 3) dan Isya
3," katanya.
Yang menarik, katanya, "gigi shalat" (gerakan
shalat) itu jumlahnya 6-3-3-4-3 atau 19. "Itu
sama dengan bacaan basmallah. Itulah
sesungguhnya tiap saat dan tiap kesempatan
kita selalu dibombardir dengan angka 19,"
katanya.
Tidak hanya soal angka yang disodorkan, ia
juga menyinggung tentang putaran atau sudut
yang dibuat saat manusia melakukan shalat.
"Jika dalam tiap kali kita melakukan rukuk itu
membentuk 90 derajat, maka dalam tiap satu
rakaat itu kita membentuk 360 derajat,
sebagaimana bumi berputar yang menandakan
sebagai sebuah proses kehidupan," katanya.
Hal itu, ujarnya, dapat disimpulkan bahwa
orang hidup perlu shalat yang berputar 360
derajat. "Beda dengan orang mati yang tidak
lagi perlu shalat, tidak lagi hidup, karena itu
shalat mayit pun tidak disertai dengan
gerakan-gerakan sujud dan ruku, karena
memang tidak lagi bergerak atau mati,"
katanya.
(Suaramerdeka.COm)